Ini buku pertama penulis Aru Armando yang gue baca. Tergiur review dari akun IG @detectives_id, rasa penasaran pun muncul. Dan akhirnya kesempatan itu datang. Buku ini akhirnya mendarat dengan selamat di depan gue. Butuh super kehati-hatian saat membuka bungkusnya. Soalnya sampulnya putih, brooo Review Novel Kertas Hitam Buku ini sendiri terdiri dari 20 chapter berbeda. Tapi tidak ada judul khusus tiap chapternya, hanya nomer chapter. Jadi, nggak bisa ngebayangin juga isi tiap chapter seperti apa. Oh iya, gue akan buat review dalam dua part berbeda ya. Pada part ini gue akan bahas karakter yang muncul di buku ini. Dan untuk part berikutnya baru bahas isi serta plot. Karakter utama di buku ini adalah seorang wartawan bernama Tomi alias Satrio Utomo. Sepertinya novel ini masih punya benang merah dengan novel pertama penulis, karena masih menggunakan karakter yang sama. Ya si Tomi ini, yang dikenal sebagai ‘sang pewarta’ persis seperti judul novel pertamanya. Sebagai seorang wartawan, Tomi digambarkan sebagai wartawan cerdas, cadas dan berani. Meski, sebagai manusia, ia tetaplah manusia biasa yang pasti punya kelemahan. Sayangnya, kelemahan ini adalah sesuatu yang mudah dibaca. Atau memang sengaja dibuat seperti ini. Karakter lain yang muncul adalah Ratri si wartawan cantik nan seksi. Tidak hanya cerdas dan otaknya berisi, tapi Ratri ini paket komplit, karena cantik dan pandai memikat. Sayangnya, kehidupan Ratri tidak seindah tampilan fisiknya. Hmmm ... karakter Ratri ini, rumit, ehehehe. Baca sendiri aja ya. Karakter utama berikutnya adalah Maya. Tokoh Maya inilah yang nantinya akan jadi salah satu alasan bagi Tomi untuk masuk dan terseret lagi pada masalah lama yang belum selesai. Maya digambarkan sebagai pegawai biasa yang menjalahi kehidupan normal biasa dan tiba-tiba saja terdesak oleh berbagai hal. Berbeda dengan Tomi yang sudah terbiasa dengan kehidupan sebagai wartawan yang serta tidak pasti, Maya punya hidup yang ‘pasti’. Awalnya Maya digambarkan sebagai karakter cerdas dan sangat hati-hati. Tapi saat ia terseret dalam pencarian kebenaran bersama Tomi, muncul sifat-sifat manusiawi pada dirinya, seperti manja, kesal, penasaran, bahkan ceroboh. Mungkin dari semua orang dalam novel ini, Maya-lah karakter yang paling manusiawi. Selain tiga tokoh utama ini, ada beberapa karakter lain yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam cerita. Seperti tagline yang dipopulerkan, ‘white colar crime’, karakter di novel ini memang kebanyakan adalah orang-orang yang memang berada di balik meja. Orang-orang yang dengan telepon di tangan bisa menggerakkan banyak kaki dan tangannya untuk melakukan banyak hal di luar sana. Sementara mereka sama sekali tidak tersentuh. Dari semua karakter itu, sebenarnya ada satu karakter yang menarik menurut gue. Karakter ‘mbah’ yang digambarkan sebagai seorang wartawan senior. Sepanjang membaca novel ini, entah kenapa gue berpikir—dan berharap—ada plot twist pada karakter si ‘mbah’ ini. Berharap kalau dia sebenarnya orang penting yang perlu mendapat perhatian khusus. Mungkin di tulisan lainnya. Balik lagi kepada Tomi, sebagai karakter utama, Tomi memang punya peran yang sangat besar. Jelas, dengan kemampuan dan kepiawaiannya sebagai wartawan, dia bisa disebut wartawan super. Dan ini membuat gue tergelitik ingin membaca novel sebelumnya ‘Sang Pewarta’. Karena di novel ‘Kertas Hitam’ ini ada beberapa karakter Tomi yang tidak dijelaskan kenapa demikian. Mungkin gue bisa menemukan kisahnya di buku sebelumnya. Penutup Duh, kenapa jadi aneh bin kaku begini ya tulisan gue? Jadi, ini cerita mengenai karakter di novel Kertas Hitam. Sebenarnya gue gatal ingin mengulas ceritanya. Tapi nggak seru kalau dibahas di sini. Sampai jumpa di tulisan berikutnya, soal alur cerita ‘Kertas Hitam’ ini. See U