Bait – bait puisi tertulis indah di buku kusut, mewakili perasaan Sanni saat itu. Perasaan yang terluka karena di tinggal oleh Ambo Lakkasa, bapaknya. Dipenjara disebabkan oleh fitnahan dari mantan majikannya yang membuat anak istri dia hidup sengsara. Hari – hari yang dilalui oleh Sanni begitu keras, membantu ibu banting tulang membiayai keperluan sekolah saudaranya yang lain. Penderitaan ini laksana sandal jepit yang mengikuti langkah kakinya kemana pun berpijak. Sampai kedatangan pamannya H. Muin dari tanah perantauan.
Beliau hadir bagaikan oase ditengah dahaganya akan sosok seorang bapak. Dan mana kala ajakan pamannya dia terima untuk berangkat ke tanah seberang, tanah Borneo. Serta atas izin orang tuanya untuk mengadu nasib dan mengubah kehidupan keluarganya, Sanni pun berangkat bersama sang paman. Namun, apa hendak di kata bukannya perbaikan nasib tetapi caci makian dan fitnahan yang diterimanya. Selama dia bertahun – tahun di tanah perantauan, hingga Sanni memutuskan kembali ke tanah kelahirannya tana ogi.
Sekembalinya dari tanah perantauan, Sanni menata kembali kehidupannya seperti sediakala. Saat itulah, sosok lelaki bernama Erlang menghiasi hatinya. Akan tetapi, itu bukannya tanpa sebab. Sanni jatuh hati pada Erlang sang playboy kampung disebabkan oleh minyak pelet khas suku bugis yaitu minyak tokke. Sehingga Sanni tergila – gila dan terbayang – bayang oleh wajah sang pujaan hati, siang dan malam.
Cinta yang berdasarkan pelet pun berlabuh sampai kepelaminan