Mata kita selebar dunia. Kita tak harus buta untuk tak melihat. Saya menyebutnya “the name of humanity”. Tentang kemanusiaan, yang menyangkut seluruh hak yang berakal dan bernyawa. Empati dan doa yang dibagi kepada semua yang hidup. Ini hanya posisi dan nasib. Kita tak punya alat tercanggih untuk menebak rencana Tuhan. Maka kapan lagi kita tak bersyukur atas segala nikmat-Nya? Kemanusiaan harus tetap bernama dan hidup sebagai lambang persatuan. Hilangkan perbedaan negara, agama, dan pandangan kemudian kita padukan atas nama kemanusiaan. Karena inilah tujuan hidup sesungguhnya: menyayangi, berbagi, dan saling menghargai. Dalam buku ini, banyak realita di luar sana yang diungkapkan penulis. Seperti kata Widji Thukul, kebenaran harus tetap hidup, maka kabarkan kepada semua bahwa mata kita adalah pemantik imaji yang luas dan senantiasa tak bisa berbohong. Mari menjadi pembuat sejarah.