Di pagi hari yang sejuk, Pak Tani sedang mencangkul lahan
miliknya. Ia ditemani bunyi ayam jantan yang berkokok
nyaring di salah satu kandang milik tetangga. Letak ayam tak
jauh dari lahannya. Burung-burung berkicau dan bertengger
di tangkai pohon kayu cina. Di sanalah Pak Tani membuat
bedeng untuk ditanami cabai, membangun peradaban di atas
lahan yang penuh putri malu dan ilalang. Buku ini berisi catatan pendampingan Yayasan Kalla di desa-desa.
Denting tajam selalu terdengar setiap kali mata cangkul
pak Tani menghujam tanah yang sudah lama kering. Debu
tanah gersang memercik. Pada setiap detik yang sama, Pak
Tani merasa ada sentakan keras terhadap otot-otot tangan
sampai ke punggungnya. Pak Tani tua itu terus mengayun
cangkulnya di bawah terik matahari. Ia mengenakan kaos
oblong yang sudah basah oleh keringat. Kedua kakinya penuh
debu. Di bawah caping bambu yang dipakainya, wajah Pak
Tani tampak lebih tua.